0

kau, aku, dan lupa itu

Senin, 28 April 2008




1.

seperti telegram yang tiba di pagi hari
memberi tahu tanggal kau akan mati

seperti bel yang berbunyi
menghentikan kelas, waktu pelajaran
baru mulai kau mengerti

seperti dunia yang menghilang
saat kau membuka pintu
untuk terakhir kali

begitulah, saat kau dan lupa
bersepakat menghapusku
dari riuh hujan ini

2.
saat hari mulai petang
kita dua layanglayang
tersangkut di udara

mungkin putus salah satu benang
dan mungkin keduanya

dan anak anak ladang
yang menerbangkan kita
yang tak pernah kita tahu namanya
akan menangis dan berlari ke ibunya

sementara di atas maghrib
yang jatuh di pematang
di antara burungburung yang pergi pulang
dua layanglayang mengabur
ke arah ufuk
yang mulai menghitam

malamnya, anak kecil itu melihat
di langit belakang rumahnya
dua bintang berkedip
mengirim tanda
"lihatlah, ibu..
barangkali itu mereka"
"sudahlah, lupakan layang-layangmu,
nanti kita bikin yang baru"
kemudian ibunya mengajak tidur
dan menakutinya dengan dongeng
tentang seorang anak di jaman dahulu
yang dikutuk tidak bisa lupa
dan mengingat segalanya

3.

kita masih saja berbicara
memberi nama pada sepi
dan sebagainya

menyusun rute
dalam peta
yang katamu,
tak pernah ada

lihatlah telapak tanganku
kulihat telapak tanganmu

adakah garis yang bertemu

jalan kecil yang menyusur
ke dalam surgamu

sebab warna ini terlalu indah
dan membutakan mata

suatu nanti
aku bisa lupa untuk lupa

0

LAUT, MAUT, DAN DI ANTARANYA

Rabu, 23 April 2008

1

"maut itu singgah dengan rahasia

seperti surat yang diselipkan di bawah pintu, pagi-pagi sekali
sebelum kau sempat curiga
dan menebak dirimu sendiri

ia mengulurkan tangan padamu
'apa kabar?', suaranya bergetar
di kaca jendela
udara pun kabur di luar sana
bagai mimpimu, yang belum selesai
tertahan sebagai cemas di cermin itu

selebihnya sunyi, hinggap
di jam dinding yang mati

dan bayanganmu melarikan diri

selebihnya diamlah
sebab ia ibumu sendiri
yang memanggil-manggil nama kecilmu
dari hari ke hari"

Jogja, 2002
..................................................................

kau mengajakkku ke laut, ke maut, katamu
perahu-perahu yang pergi ke arah jauh
ke arah hilang
bersama lagu nelayan, di pantai yang memanjang
pertemuan dan perpisahan tak lagi berjarak
namamu namaku sebentar lagi tak berabjad
angin menghapusnya dari atas pasir
juga nama orang tua kita, anak anak kita
juga seluruh masalah yang tinggal di rumah
selama kita bergandengan tangan
menghadapi usia

.........................................
(masih akan kuteruskan)










0

April 2008 : "aku berbenah dalam diriku"

Selasa, 22 April 2008

:D
"Tunggulah Barang sebentar, sebab kali ini
Kelihatannya Ia tidak sedang bergurau"
...............................................................................

"aku berbenah dalam diriku",
kata chairil
entah akan menghabiskan waktu berapa lama
masa berbenah ini
bukan berarti menyelesaikan semua perkara
tapi setidaknya bisa lebih bijaksana
menghadapinya

tanpa perlu lagi lari
atau menjadikannya melankoli

tanpa perlu lagi menyakiti
dan menyembunyikannya dalam puisi

jika ternyata, aku harus memintamu
untuk menamani, terimalah

sebab jika semuanya menjadi indah
aku bisa berjalan sendiri
dan nasib sudah bisa kubagi

juga hanya kau yang akan kudatangi

kupasrahkan semuanya
jalan hidupku
menjadi lelaki

............................

0

kita pernah begitu berwarna

Minggu, 20 April 2008

kau menyisir rambutku
supaya aku bisa menata pikiranku
kau seterika bajuku supaya
aku juga bisa merapikan hidupku
kau raih tanganku
supaya aku juga bisa menggenggam mimpiku

kau cium bibirku supaya aku bisa
mencium harumnya dunia
kau peluk tubuhku supaya aku bisa
mengasihi semua yang ada

kau mengajariku, bahwa dari dalam kamar
ternyata kita bisa mengerti banyak hal
walau bukan perkara besar semacam perang maupun tuhan, cuma kasih sayang
mengalir lewat jari, tapi abadi, seperti bayang bayang

tahulah aku, kita tak bisa saling kehilangan
meski kau utara aku selatan, memandang dari jauh
dan hidup berbeda ranjang